Gampong Lamteh berawal dari kejadian di masa lampau dimana pada saat itu terjadi banjir besar meluapnya air bah dari Krueng Aceh. Pada saat itu air bah mengalir (llee) menghanyutkan beberapa warga dari gampong yang tidak diketahui identitasnya. Besarnya air bah membuat beberapa orang gampong LHAM (tenggelam). Pada saat itu di Lamteh ditemukan seorang warga dengan panggilan yang sering disapa TEH (adik ibu). Sehingga diambillah nama gampong ini menjadi LAMTEH.
Pada tahun 1940-an, Gampong Lamteh yang dipimpin oleh Keuchik Raden Ismail adalah salah satu gampong dalam wilayah Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar, dimana mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah di bidang jasa perdagangan dan lainnya. Taraf kehidupan masyarakat pada saat itu masih sangat rendah dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Sejak tahun 1984, pada saat Keuchik Hamdan Yunus, Lamteh menjadi bagian dari Kota Banda Aceh dan termasuk dalam salah satu gampong dalam wilayah Kecamatan Syiah Kuala. Sejak saat itu mulai terlihat perubahan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, mulai dari perkembangan jumlah penduduk, menggeliatnya kehidupan perekonomian sampai kepada peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, maka pada tahun 2000 Lamteh menjadi bagian dari Kecamatan Ulee Kareng yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Syiah Kuala. Hadirnya pertokoan di sepanjang Jalan T. Iskandar Gampong Lamteh menambah semarak kehidupan perekonomian masyarakat diiringi dengan perkembangan perumahan menambah warna tersendiri bagi Gampong Lamteh. Namun akibat konflik yang terjadi di seluruh wilayah Aceh membuat redupnya aktifitas masyarakat dalam segala aspek kehidupan.